Istilah-Istilah dalam Statistika K3 dan Penjelasannya, Lengkap!

Konten [Tampil]



Dalam statistika K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), terdapat beberapa istilah yang sering digunakan, antara lain:

  • Kecelakaan kerja: Kejadian yang tidak diinginkan dan tidak terduga yang mengakibatkan cedera atau kematian pada pekerja.
  • Insiden: Kecelakaan yang hampir terjadi atau kejadian yang dapat memicu terjadinya kecelakaan.
  • Frekuensi kecelakaan: Jumlah kecelakaan yang terjadi dalam periode waktu tertentu.
  • Tingkat kecelakaan: Jumlah kecelakaan yang terjadi dalam suatu kelompok atau populasi dalam periode waktu tertentu.
  • Kecelakaan yang mengakibatkan cacat: Kecelakaan yang mengakibatkan cacat fisik atau mental pada korban.
  • Kecelakaan yang mengakibatkan absensi kerja: Kecelakaan yang mengakibatkan korban harus absen dari pekerjaannya untuk waktu yang lama.
  • Biaya kecelakaan: Biaya yang harus dikeluarkan untuk mengganti kerugian akibat kecelakaan, termasuk biaya medis, ganti rugi, dan biaya produksi yang hilang.
  • Indeks kecelakaan: Ukuran yang digunakan untuk membandingkan tingkat kecelakaan antara satu kelompok dengan kelompok lain.
  • Tingkat keparahan kecelakaan: Ukuran yang menggambarkan tingkat keparahan cedera akibat kecelakaan.
  • Tingkat frekuensi kejadian: Ukuran yang digunakan untuk menunjukkan frekuensi kejadian insiden dan hampir kecelakaan dalam periode waktu tertentu.


LTIR

LTIR (Lost Time Injury Rate) adalah indikator kinerja keselamatan kerja yang digunakan untuk mengukur frekuensi cedera yang mengakibatkan absensi kerja. LTIR dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

LTIR = (Jumlah kecelakaan kerja yang mengakibatkan absensi kerja / Total jumlah jam kerja yang dikerjakan) x 200.000

Penjelasan dari rumus ini adalah sebagai berikut:

Hitung jumlah kecelakaan kerja yang mengakibatkan absensi kerja dalam periode tertentu. Contoh: 10 kecelakaan kerja mengakibatkan absensi kerja dalam periode satu tahun.

Hitung total jumlah jam kerja yang dikerjakan selama periode yang sama. Contoh: Total jam kerja selama satu tahun adalah 100.000 jam.

Masukkan nilai dari langkah 1 dan 2 ke dalam rumus LTIR. Contoh: (10/100.000) x 200.000 = 20.

Dalam contoh ini, nilai LTIR adalah 20, yang artinya terdapat 20 kecelakaan kerja yang mengakibatkan absensi kerja dalam setiap 200.000 jam kerja.

Dalam menghitung LTIR, penting untuk memastikan bahwa semua kecelakaan kerja yang mengakibatkan absensi kerja dihitung dan jumlah jam kerja yang dikerjakan selama periode yang sama juga dihitung dengan akurat.

Frequency Rate

Frequency Rate adalah suatu indikator yang digunakan untuk mengukur frekuensi kejadian insiden atau kecelakaan kerja di tempat kerja dalam periode waktu tertentu. Indikator ini mengukur jumlah kecelakaan atau insiden yang terjadi dalam periode waktu tertentu, dan dinyatakan dalam angka per 100 orang yang bekerja selama periode waktu tersebut. Berikut ini adalah cara menghitung Frequency Rate:

Hitung jumlah kecelakaan atau insiden yang terjadi dalam periode waktu tertentu.

Hitung jumlah tenaga kerja yang bekerja selama periode waktu yang sama.

Hitung Frequency Rate menggunakan rumus berikut:

Frequency Rate = (jumlah kecelakaan / jumlah tenaga kerja) x 100

Sebagai contoh, jika terdapat 2 kecelakaan dalam periode satu bulan dan jumlah tenaga kerja selama periode waktu yang sama adalah 50 orang, maka Frequency Rate dapat dihitung sebagai berikut:

Frequency Rate = (2 / 50) x 100 = 4

Dalam contoh ini, Frequency Rate adalah 4, yang artinya terdapat 4 kecelakaan per 100 orang yang bekerja selama periode waktu tersebut.

Penting untuk dicatat bahwa Frequency Rate dapat dihitung berdasarkan jumlah kecelakaan yang dilaporkan atau yang terekam dalam sistem pelaporan kecelakaan, dan mungkin tidak mencakup kecelakaan yang tidak dilaporkan atau tidak tercatat.

Severity Rate

Severity rate adalah salah satu indikator keselamatan kerja yang digunakan untuk mengukur tingkat keparahan cedera akibat kecelakaan kerja. Indikator ini menghitung jumlah hari kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja, kemudian dibagi dengan jumlah jam kerja yang dilakukan dalam periode waktu tertentu. Berikut adalah langkah-langkah cara menghitung severity rate:

Hitung jumlah hari kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja dalam periode waktu tertentu. Hari kerja yang hilang merupakan total jumlah hari yang diperlukan oleh pekerja untuk memulihkan diri setelah mengalami cedera akibat kecelakaan kerja.

Hitung jumlah jam kerja yang dilakukan dalam periode waktu tertentu. Misalnya, total jam kerja selama satu bulan adalah 20.000 jam.

Hitung jumlah hari kerja yang hilang per 200.000 jam kerja. Ini dilakukan dengan mengalikan jumlah hari kerja yang hilang dengan 200.000 dan kemudian dibagi dengan jumlah jam kerja yang dilakukan dalam periode waktu tertentu.

Gunakan hasil perhitungan pada langkah ke-3 untuk menghitung severity rate. Rumusnya adalah sebagai berikut:

Severity Rate = (Jumlah hari kerja yang hilang x 200.000) / Jumlah jam kerja yang dilakukan

Sebagai contoh, jika selama satu bulan terdapat 5 hari kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja dan total jam kerja adalah 20.000 jam, maka severity rate dapat dihitung sebagai berikut:

Severity Rate = (5 x 200.000) / 20.000 = 50

Dalam contoh ini, severity rate adalah 50, yang artinya terdapat 50 hari kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja dalam setiap 200.000 jam kerja.

Penting untuk mencatat bahwa severity rate hanya memberikan gambaran tentang tingkat keparahan cedera akibat kecelakaan kerja dan tidak mencakup kecelakaan yang tidak mengakibatkan hilangnya hari kerja.

Incident Rate

Incident Rate adalah suatu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kejadian insiden atau kecelakaan kerja di tempat kerja dalam periode waktu tertentu. Indikator ini biasanya dihitung berdasarkan jumlah insiden yang terjadi dalam periode waktu tertentu, dan dinyatakan dalam angka per 100.000 jam kerja. Berikut ini adalah cara menghitung Incident Rate:

Hitung jumlah kecelakaan atau insiden yang terjadi dalam periode waktu tertentu.

Hitung jumlah jam kerja yang dilakukan selama periode waktu yang sama.

Hitung Incident Rate menggunakan rumus berikut:

Incident Rate = (jumlah kecelakaan / jumlah jam kerja) x 200,000

Dalam rumus tersebut, 200,000 adalah jumlah jam kerja standar yang dijadikan sebagai rasio untuk mengukur kejadian kecelakaan kerja dalam setahun.

Sebagai contoh, jika terdapat 2 kecelakaan dalam periode satu bulan dan jumlah jam kerja selama periode waktu yang sama adalah 50.000 jam, maka Incident Rate dapat dihitung sebagai berikut:

Incident Rate = (2 / 50,000) x 200,000 = 8

Dalam contoh ini, Incident Rate adalah 8, yang artinya terdapat 8 kecelakaan per 100.000 jam kerja.

Penting untuk dicatat bahwa Incident Rate dapat dihitung berdasarkan jumlah kecelakaan yang dilaporkan atau yang terekam dalam sistem pelaporan kecelakaan, dan mungkin tidak mencakup kecelakaan yang tidak dilaporkan atau tidak tercatat

ATLI

Average Time Lost Injury (ATLI) adalah suatu indikator yang digunakan untuk mengukur waktu rata-rata yang hilang akibat cedera akibat kecelakaan kerja. Indikator ini mengukur rata-rata jumlah hari kerja yang hilang akibat cedera akibat kecelakaan kerja. Berikut ini adalah cara menghitung ATLI:

Hitung jumlah total hari kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja dalam periode waktu tertentu.

Hitung jumlah kecelakaan kerja yang terjadi dalam periode waktu yang sama.

Hitung ATLI menggunakan rumus berikut:

ATLI = (jumlah total hari kerja yang hilang / jumlah kecelakaan kerja)

Sebagai contoh, jika terdapat 5 kecelakaan kerja dalam periode satu bulan dan jumlah total hari kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja adalah 50 hari, maka ATLI dapat dihitung sebagai berikut:

ATLI = (50 / 5) = 10

Dalam contoh ini, ATLI adalah 10, yang artinya rata-rata setiap kecelakaan kerja mengakibatkan hilangnya 10 hari kerja.

Penting untuk dicatat bahwa ATLI hanya menghitung hari kerja yang hilang dan tidak memperhitungkan hari-hari non-kerja seperti akhir pekan atau hari libur.

Frequency Severity Rate

Frequency Severity Indicator (FSI) adalah suatu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat keparahan insiden atau kecelakaan kerja di tempat kerja dalam periode waktu tertentu. Indikator ini mengkombinasikan Frequency Rate dan Severity Rate, yang merupakan dua indikator utama dalam pengukuran keselamatan kerja. Berikut ini adalah cara menghitung Frequency Severity Indicator:

Hitung Frequency Rate dengan mengikuti cara menghitung yang telah dijelaskan sebelumnya.

Hitung Severity Rate dengan mengikuti cara menghitung yang telah dijelaskan sebelumnya.

Kalikan Frequency Rate dengan Severity Rate untuk mendapatkan nilai FSI.

FSI = Frequency Rate x Severity Rate

Sebagai contoh, jika Frequency Rate adalah 4 dan Severity Rate adalah 0,1, maka FSI dapat dihitung sebagai berikut:

FSI = 4 x 0,1 = 0,4

Dalam contoh ini, FSI adalah 0,4, yang menunjukkan tingkat keparahan insiden atau kecelakaan kerja yang cukup rendah.

Penting untuk dicatat bahwa FSI hanya memberikan gambaran umum tentang keselamatan kerja di tempat kerja dan tidak mencakup semua faktor yang mempengaruhi kecelakaan kerja. Oleh karena itu, FSI harus dianggap sebagai indikator tambahan yang digunakan bersama dengan indikator keselamatan kerja lainnya.

Safe T Score

Safe T-Score adalah indikator kinerja keselamatan yang digunakan untuk mengukur efektivitas program keselamatan di tempat kerja. Indikator ini mengukur tingkat keberhasilan program keselamatan dalam mengurangi insiden atau kecelakaan kerja di tempat kerja. Berikut adalah cara menghitung Safe T-Score:

Hitung Total Case Incident Rate (TCIR) dan Total Lost Time Incident Rate (TLTIR) selama periode waktu tertentu. TCIR dan TLTIR dihitung dengan cara yang telah dijelaskan sebelumnya.

Hitung Expected TCIR dan Expected TLTIR dengan mengalikan Industry Average TCIR dan TLTIR dengan total jam kerja di tempat kerja.

Expected TCIR = Industry Average TCIR x Total Jam Kerja
Expected TLTIR = Industry Average TLTIR x Total Jam Kerja

Hitung Actual TCIR dan Actual TLTIR dengan mengalikan TCIR dan TLTIR yang dihitung pada tahap pertama dengan total jam kerja di tempat kerja.
Actual TCIR = TCIR x Total Jam Kerja
Actual TLTIR = TLTIR x Total Jam Kerja

Hitung Safe T-Score menggunakan rumus berikut:
Safe T-Score = (Expected TCIR + Expected TLTIR - Actual TCIR - Actual TLTIR) / Expected TCIR + Expected TLTIR) x 100

Sebagai contoh, jika Expected TCIR adalah 3, Expected TLTIR adalah 1, Actual TCIR adalah 2, dan Actual TLTIR adalah 0,5, maka Safe T-Score dapat dihitung sebagai berikut:

Safe T-Score = ((3 + 1 - 2 - 0,5) / (3 + 1)) x 100 = 62,5

Dalam contoh ini, Safe T-Score adalah 62,5, yang menunjukkan bahwa program keselamatan di tempat kerja telah berhasil dalam mengurangi insiden atau kecelakaan kerja sebanyak 62,5% dibandingkan dengan Industry Average.

Penting untuk dicatat bahwa Safe T-Score hanya memberikan gambaran umum tentang efektivitas program keselamatan di tempat kerja dan tidak mencakup semua faktor yang mempengaruhi keselamatan kerja. Oleh karena itu, Safe T-Score harus dianggap sebagai indikator tambahan yang digunakan bersama dengan indikator keselamatan kerja lainnya.

Contoh Soal Penerapan

1. Sebuah pabrik mempunyai 150 pekerja dan dalam satu bulan terdapat 12 kecelakaan kerja yang mengakibatkan waktu hilang selama 140 jam. Hitunglah incident rate (IR), frequency rate (FR), dan severity rate (SR) pada pabrik tersebut.

Jawaban:

Incident Rate (IR) adalah jumlah insiden per 100 pekerja dalam satu tahun. Rumus untuk menghitung IR adalah:
IR = (Jumlah Insiden / Jumlah Jam Kerja) x 200,000

Dalam kasus ini, jumlah insiden adalah 12, dan jumlah jam kerja dapat dihitung dengan mengalikan jumlah pekerja (150) dengan jumlah jam kerja per bulan (160). Oleh karena itu, jumlah jam kerja adalah 24,000 jam.

IR = (12 / 24,000) x 200,000 = 100

Jadi, IR pada pabrik tersebut adalah 100.

Frequency Rate (FR) adalah jumlah insiden per 1 juta jam kerja. Rumus untuk menghitung FR adalah:
FR = (Jumlah Insiden / Jumlah Jam Kerja) x 1,000,000

Dalam kasus ini, jumlah insiden adalah 12 dan jumlah jam kerja adalah 24,000 jam. Oleh karena itu, FR dapat dihitung sebagai berikut:

FR = (12 / 24,000) x 1,000,000 = 500

Jadi, FR pada pabrik tersebut adalah 500.

Severity Rate (SR) adalah jumlah waktu hilang akibat cedera per 100 pekerja dalam satu tahun. Rumus untuk menghitung SR adalah:
SR = (Jumlah Waktu Hilang / Jumlah Jam Kerja) x 200,000

Dalam kasus ini, jumlah waktu hilang adalah 140 jam dan jumlah jam kerja adalah 24,000 jam. Oleh karena itu, SR dapat dihitung sebagai berikut:

SR = (140 / 24,000) x 200,000 = 1167

Jadi, SR pada pabrik tersebut adalah 1167.

2. Pada suatu proyek konstruksi, terdapat 100 pekerja yang bekerja selama 8 jam sehari dan 5 hari dalam seminggu selama 4 minggu. Dalam waktu tersebut, terdapat 3 insiden yang mengakibatkan waktu hilang selama 60 jam. Hitunglah tingkat kecelakaan (incident rate), tingkat frekuensi (frequency rate), dan tingkat keparahan (severity rate) pada proyek tersebut.

Jawaban:

Tingkat Kecelakaan (Incident Rate) adalah jumlah insiden yang terjadi dalam satu unit waktu tertentu. Rumus untuk menghitung tingkat kecelakaan adalah:
IR = (Jumlah Insiden / Jumlah Jam Kerja) x 200,000

Dalam kasus ini, jumlah insiden adalah 3 dan jumlah jam kerja adalah 100 x 8 x 5 x 4 = 16,000 jam.

IR = (3 / 16,000) x 200,000 = 37.5

Jadi, tingkat kecelakaan pada proyek tersebut adalah 37.5.

Tingkat Frekuensi (Frequency Rate) adalah jumlah insiden per 1 juta jam kerja. Rumus untuk menghitung tingkat frekuensi adalah:
FR = (Jumlah Insiden / Jumlah Jam Kerja) x 1,000,000

Dalam kasus ini, jumlah insiden adalah 3 dan jumlah jam kerja adalah 16,000 jam.

FR = (3 / 16,000) x 1,000,000 = 187.5

Jadi, tingkat frekuensi pada proyek tersebut adalah 187.5.

Tingkat Keparahan (Severity Rate) adalah jumlah waktu hilang akibat cedera per 100 pekerja dalam satu unit waktu tertentu. Rumus untuk menghitung tingkat keparahan adalah:
SR = (Jumlah Waktu Hilang / Jumlah Jam Kerja) x 200,000

Dalam kasus ini, jumlah waktu hilang adalah 60 jam dan jumlah jam kerja adalah 16,000 jam.

SR = (60 / 16,000) x 200,000 = 750

Jadi, tingkat keparahan pada proyek tersebut adalah 750.

Kesimpulan

Berdasarkan materi yang telah dipelajari, dapat disimpulkan bahwa statistika K3 sangat penting dalam menilai tingkat keamanan dan kesehatan kerja di suatu tempat kerja. Dengan menggunakan statistika K3, kita dapat mengetahui berapa sering kecelakaan terjadi, seberapa parah kecelakaan tersebut, dan berapa lama waktu yang hilang akibat cedera. Dengan informasi ini, kita dapat menilai risiko keselamatan dan kesehatan kerja di suatu tempat kerja dan menentukan langkah-langkah untuk mengurangi risiko tersebut.

Beberapa konsep penting dalam statistika K3 meliputi tingkat kecelakaan, tingkat frekuensi, tingkat keparahan, dan waktu hilang akibat cedera. Selain itu, penting juga untuk mengetahui bagaimana cara menghitung berbagai jenis indikator K3, seperti incident rate, frequency rate, severity rate, ATLR, LTIR, dan ATRL.

Dengan menggunakan statistika K3, perusahaan dapat menilai kinerja keselamatan dan kesehatan kerja mereka, serta membandingkan kinerja mereka dengan standar industri dan rekomendasi nasional. Dalam jangka panjang, penggunaan statistika K3 yang efektif dapat membantu meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja, mengurangi jumlah kecelakaan, dan meningkatkan produktivitas serta kesejahteraan para pekerja.


https://www.osha.gov/injuryreporting/
https://www.nsc.org/work-safety/safety-topics/incident-rate-frequency-rate-and-severity-rate
https://www.hsewatch.com/lost-time-injury-frequency-rate-ltifr/
https://www.safeopedia.com/definition/293/lost-time-injury-frequency-rate-ltifr
https://www.safetyrisk.net/how-to-calculate-ltifr-and-other-safety-indicators/
https://www.iosh.co.uk/~/media/Documents/Books%20and%20resources/Free%20publications/IOSH-Taking-your-first-steps-towards-safety-statistics-guide.ashx

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama