Mengenal Bahaya Psikososial di Tempat Kerja

Konten [Tampil]

 


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan disiplin ilmu yang penerapannya berkaitan dengan upaya pencegahan dan perlindungan tenaga kerja serta orang lain yang berada di tempat kerja dari berbagai potensi bahaya (hazard) agar selalu dalam keadaan selamat dan sehat sehingga proses produksi maupun sumber produksi dapat berjalan dengan aman dan lancar.

Potensi bahaya atau hazard dikategorikan menjadi bahaya fisika, kimia, biologi, ergonomi, dan psikososial. Salah satu potensi bahaya yang berpengaruh pada kesehatan mental yaitu bahaya psikososial. Menurut Undang-Undang Kesehatan dan praktik kedokteran (2009:70) masalah psikososial adalah masalah psikologis atau kejiwaan yang muncul sebagai akibat dari perubahan sosial. 


Definisi Psikososial


Pekerja sering tidak menyadari munculnya faktor psikososial. Kementerian kesehatan (2011) menyebutkan faktor psikososial yang ada di tempat kerja antara lain: shift kerja, beban kerja berlebih, pekerjaan berulang, perubahan pekerjaan, peran pekerjaan yang tidak jelas dan konflik dengan pekerja lain. Faktor psikososial pada dasarnya terkait dengan kondisi psikologis dan sosial seseorang.


Fase Gangguan Psikososial


Kehadiran faktor psikososial tidak langsung menimbulkan gangguan kesehatan pekerja pada paparan pertama tetapi dengan paparan terus menerus dan melalui beberapa fase yang disebutkan oleh Kementerian kesehatan:

Fase Kewaspadaan 


Tubuh mulai merasakan paparan sebagai ancaman. Selama fase ini terjadi peningkatan produksi berbagai hormon seperti adrenalin dan kortison. Selain itu, koordinasi di sistem saraf pusat berubah dan seluruh sistem beralih waspada, menghasilkan keringat dingin, jantung berdebar, dan aliran darah cepat.


Fase Reaksi Perlawanan

Tubuh akan bekerja melawan paparan yang ada. Jika paparan terjadi dalam jangka waktu yang lama, tubuh tidak akan mampu mengatasinya karena keterbatasan kemampuan dan waktu untuk beradaptasi.


Fase Reaksi Kehabisan Tenaga 

Mekanisme pertahanan tubuh secara bertahap melemah dan kelelahan terjadi, kemudian menyebabkan gangguan fisik.


Jenis Gangguan Kesehatan Psikososial 

Pekerja dapat mengalami berbagai jenis gangguan kesehatan akibat dampak dari faktor psikososial di tempat kerja. Data Kementerian Kesehatan (2011) menyatakan setidaknya ada enam gangguan kesehatan dari psikososial yaitu:

  1. Stress Akibat Kerja 

Stres kerja terjadi ketika seseorang tidak dapat memenuhi tuntutan atau kebutuhan pekerjaannya.Terlalu sibuk, kurangnya waktu, informasi, dan  sumber daya untuk menyelesaikan pekerjaan.


Berikut beberapa gejala umum saat terpapar stress akibat kerja:

  • Gejala fisiologis berupa ketegangan otot, jantung berdebar-debar, perut  mual, dan keringat dingin. 

  • Gejala psikologis berupa lekas marah, emosi yang meledak-ledak, dan mudah panik. 

  • Gejala psikosomatik berupa gangguan muskuloskeletal (nyeri otot, kram), penyakit pernapasan (asma, bronkitis), gangguan kardiovaskular (migrain, tekanan darah tinggi), penyakit kulit (eksim, jerawat), gangguan sistem kelenjar endokrin (hipertiroid, diabetes, infertilitas), gangguan sistem saraf (neurostenia), gangguan mata (glaukoma), gangguan gastrointestinal (gastritis, sakit maag, diare), gangguan saluran urogenital (dismenore, hambatan menstruasi). 

  • Gejala perilaku berupa ketidakhadiran, penghindaran interaksi atau komunikasi dengan orang lain, penghindaran hal-hal yang biasanya disukai, sulit tidur, perubahan kebiasaan makan, banyak merokok, tidak masuk kerja dan penurunan kinerja.


  1. Kejenuhan 

Kejenuhan (burnout) adalah perasaan lelah fisik, emosional, dan mental setelah mengulangi suatu rutinitas secara berulang kali sehingga tidak ingin atau tidak dapat melakukannya lagi. Kejenuhan merupakan penyebab pekerja tidak fokus dan kinerjanya menurun.

Berikut gejala umum saat mengalami kejenuhan:

  • Kebosanan

  • Depresi

  • Pesimisme 

  • Kurang konsentrasi 

  • Kinerja buruk

  • Ketidakpuasan

  • Keabsenan

  • Kesakitan atau penyakit


  1. Gangguan Cemas 

Pada gangguan kecemasan ini, pekerja menunjukkan gejala fisik yang berhubungan dengan ketegangan,misalnya: sakit kepala, jantung berdebar  keras, insomnia. Selain gejala-gejala tersebut, ada ciri-ciri lain yang dapat diidentifikasi dengan pemeriksaan fisik, antara lain (Kementerian Kesehatan 2011):

  • Ketegangan mental (cemas, bingung, tegang, dan tidak fokus) 

  • Ketegangan fisik (gelisah, tremor, sakit kepala)

  • Gejala fisik (beringat, detak jantung berdebar kencang, mulut kering, sakit perut). 


  1. Gangguan Penyalahgunaan Alkohol dan NAPZA

Ada beberapa gejala yang bisa menunjukan bahwa seseorang telah menggunakan alkohol dan Napza yaitu:

  • Keinginan kuat untuk menggunakan zat adiktif

  • Perilaku sulit dikendalikan saat menggunakan zat terlarang

  • Tidak memiliki minat pada hal lain 

  • Ketika melakukan penghentian zat terjadi perubahan perilaku yang cukup khas

  • Menyadari dampak negatif penggunaan zat tersebut namun tetap dilanjutkan


  1. Depresi 

Kondisi saat terjadi perubahan suasana hati ditandai dengan rasa tidak peduli, perasaan sedih mendalam, murung, dan merasa tidak berharga.

Tanda-tanda depresi:

  • Rasa lelah yang tidak dapat diobati dengan istirahat

  • Tidak bisa merasakan perasaan senang terhadap hal yang menyenangkan 

  • Menarik diri dari interaksi sosial, jika terus menerus akan menutup diri


  1. Gangguan Somatoform

Gangguan somatoform adalah gangguan psikologis pada seseorang ditandai dengan serangkaian gejala fisik yang tidak jelas, tetapi tidak tampak pada pemeriksaan fisik. Gangguan ini biasanya disebabkan oleh stres dan banyak pikiran.


Bahaya psikososial sangat rentan terjadi di dunia kerja, mulai dari berbagai macam tuntutan pekerjaan hingga interaksi antar pekerja yang kurang harmonis. Kita perlu mengenali diri sendiri agar waspada terhadap gejala psikososial sehingga kesehatan tidak terganggu. 


Posisikan diri selalu berpikir positif kemudian hidupkan suasana nyaman untuk diri sendiri mulai dari suasana hati sehingga aura positif terpancar. 


Meski kadang kita tidak menyadari dan mengesampingkan stress kerja, namun jangan lupakan kesehatan. Karena sehat adalah segalanya tanpa sehat kita tidak bisa beraktivitas dengan normal. (Ditulis oleh Deliana Timoris Prasojo - Mahasiswa Politeknik Ketenagakerjaan)


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama